Selasa, 04 November 2014

RESENSI BUKU FUNDAMENTALISME ......

RESENSI BUKU
JUDUL BUKU               : FUNDAMENTALISME, AGAMA-AGAMA DAN TEKNOLOGI


PREDIKSI DAN PROYEKSI ISU-ISU TEOLOGIS DASAWARSA SEMBILANPULUHAN
            Suatu perbincangan dan diskusi tentang topik “Isu-isu teologis pada dasawarsa sembilanpuluhan” adalah suatu hal yang sangat penting dan menarik tidak saja bagi suatu perusahaan penerbitan tetapi juga bagi gereja bahkan masyarakat luas.  Bagi gereja pembahasan topic itu setidaknya akan memacu gereja untuk terus menerus mengembangkan teologi yang mampu menjawab tantangan zaman.
            Berdasarkan pertimbangan itulah maka akan jauh lebih bermanfaat dan mengena apabila kita tidak hanya secara umum saja membahas atau memperoleh informasi tentang isu-isu teologis yang ada dan berkembang selama atau akhir-akhir ini, namun lebih jauh dari itu kita coba memprediksikan bahkan memproyeksikan kecenderungan-kecenderungan yang akan datang walaupun hal itu tidak menjamin ketepatan dan kepastian.  Guna suatu prediksi adalah apabila kita diperhadapkan dengan kemungkinan-kemungkinan maka kita dapat membenahi diri untuk menyongsonya sejak sekarang.
Perkembangan teologi sesungguhnya tidak pernah terlepas dari perkembangan sejarah.  Berteologi berarti berteologi di tengah sejarah.  Sehingga kita perlu untuk menghindari sikap optimis yang berlebihan mengenai teologi dengan beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. 
Menurut Eka Darma Putra, masalah hubungan antara teologi dan iptek juga akan menjadi isu-isu yang menonjol pada dasawarsa ini maupun yang akan datang.  Hal ini didorong oleh dua hal:  pertama, manusia semakin menyadari bahwa ilmu dan tekonologi bukanlah segala-galanya.  Kedua, ada tren perubahan-perubahan fundamental di dalam cara berpikir para ilmuwan sendiri.  Sehingga menurut Eka bahwa “kesadaran para ilmuwan akan keterbatasannya serta perlunya suatu kerjasama dengan cabang-cabang lain, membuka peluang yang amat besar bagi percakapan dan kerjasama yang baru antara teologi dan ilmu.
FUNDAMENTALISME DALAM GEREJA
Pada abad XIX gereja semakin berhadapan secara konfrotatif dengan ilmu pengetahuan.  Bisa dikatakan bahwa Ilmu pengetahuan dalam kedudukan menang sedangkan gereja dalam keadaan mundur terus.  Memang orang dalam gereja telah dikuasai oleh roh zaman di bawah perkembangan ilmu pengetahuan sehingga gereja kurang punya keyakinan dan kepercayaan diri.
Munculnya fundamentalisme dalam keadaan seperti ini bertujuan untuk membangun benteng yang kokoh dalam perjuangan iman Kristen melawan kekristenan di dalam gereja yang banci.   Garis-garis perjuangan yang tampak dalam fundamentalisme adalah: pertama, penyataan Allah dipertentangkan dengan akal manusia.  Kedua, Alkitab dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan.  Ketiga, untuk mengamankan Alkitab terhadap kritik Alkitab (historis kritis), fundamentalisme menciptakan ajaran inspirasi harfiah dan menyatakan bahwa Alkitab tidak bias salah.  Fundamentalisme membangun benteng bukan untuk bertemu dengan orang lain di luar benteng itu dan mengadakan percakapan dengannya tetapi dibangun dengan maksud untuk melawan musuh.  Bahayanya adalah dunia ini semakin mengalami kemajuan dalam bidang industry dan teknologi lain.  Dengan demikian fundamentalisme semakin kehilangan alas an yang rasional untuk menentang realitas yang datang tersebut.
Pdt. Ioanes Rakhmat S.Th mengatakan bahwa kaum fundamentalisme mengakui bahwa yang menulis Alkitab itu berada dalam dunia dan kebudayaannya tetapi kebudayaan itu tidak mempengaruhi isi wahyu Allah.  Mereka dengan keras menolak pendekatan-pendekatan modern.  Mujizat yang dipahami oleh fundamentalisme hanya sebagai kejadian-kejadian atau perbuatan-perbuatan besar yang supranatural dan supra-rasional yang hanya bias dilakukan oleh Allah dalam campur tangan-Nya pada berbagai urusan dunia. 
Paham fundamentalisme dan gerakannya telah dengan mendalam dan meluas merasuki hamper semua sendi tubuh dan denyut kehidupan banyak warga gereja-gereja di Indonesia.  Sebagai gereja yang ada dalam dunia, tidak luput dari pengaruh perkembangan menuju masyarakat modern yang dicirikan oleh pelbagai perubahan besar.
AGAMA-AGAMA DI INDONESIA MEMASUKI ERA BARU
Agama-agama di Indonesia sedang berada di tengah jalan menyongsong era baru yang sedang datang.  Era baru itu bukan hanya panggilan bersama agama-agama dan golongan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk meletakkan landasan moral, etika, dan spiritual yang kokoh bagi pembangunan tetapi juga era baru dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan.  Salah satu contoh yang menonjol dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai rekayasa genetic.

TANGGAPAN PEMBACA
Buku ini membahas pandangan-pandangan orang-orang Kristen yang fundamentalisme terhadap IPTEK.  Pernyataan-pernyataan di dalamnya cukup memberi pemahaman bahwa IPTEK tidak perlu ditolak atau dianggap bertentangan terhadap Alkitab karena Allah adalah sumber hikmat dan pengetahuan.
Fundamentalisme agama memang perlu tetapi tidak membuat manusia juga menjadi buta akan pengetahuan.  Hanya saja, manusia tidak boleh mendewakan Ilmu pengetahuan itu.  Artinya bahwa IPTEK harus dapat dipakai secara wajar untuk kemuliaan Tuhan, melayani Dia, dan melakukan kehendak-Nya secara khusus untuk memberitakan Injil.

Ada beberapa pernyataan para penulis yang tidak disetujui oleh pembaca.  Salah satunya adalah pernyataan Eka Darma Poetra yang mengatakan bahwa Teologia harus dapat mengimbangi IPTEK karena suatu saat Ilmu pengetahuan akan mau bekerjasama dengan Ilmu lain seperti teologi.  Menurut pembaca, pernyataan itu baik.  Hanya saja, alasan untuk membangun teologi janganlah hanya karena harapan bahwa suatu saat Ilmu Pengetahuan akan bekerjasama dengan Teologi.  Teologi berkembang untuk menjawab kebutuhan jaman karena sekarang ini faktanya justru IPTEK semakin membuat orang-orang semakin tidak mempercayai Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar