RESENSI
BUKU
JUDUL BUKU : FUNDAMENTALISME, AGAMA-AGAMA
DAN TEKNOLOGI
PREDIKSI DAN PROYEKSI
ISU-ISU TEOLOGIS DASAWARSA SEMBILANPULUHAN
Suatu
perbincangan dan diskusi tentang topik “Isu-isu teologis pada dasawarsa
sembilanpuluhan” adalah suatu hal yang sangat penting dan menarik tidak saja
bagi suatu perusahaan penerbitan tetapi juga bagi gereja bahkan masyarakat
luas. Bagi gereja pembahasan topic itu
setidaknya akan memacu gereja untuk terus menerus mengembangkan teologi yang
mampu menjawab tantangan zaman.
Berdasarkan
pertimbangan itulah maka akan jauh lebih bermanfaat dan mengena apabila kita
tidak hanya secara umum saja membahas atau memperoleh informasi tentang isu-isu
teologis yang ada dan berkembang selama atau akhir-akhir ini, namun lebih jauh
dari itu kita coba memprediksikan bahkan memproyeksikan
kecenderungan-kecenderungan yang akan datang walaupun hal itu tidak menjamin
ketepatan dan kepastian. Guna suatu
prediksi adalah apabila kita diperhadapkan dengan kemungkinan-kemungkinan maka
kita dapat membenahi diri untuk menyongsonya sejak sekarang.
Perkembangan
teologi sesungguhnya tidak pernah terlepas dari perkembangan sejarah. Berteologi berarti berteologi di tengah
sejarah. Sehingga kita perlu untuk
menghindari sikap optimis yang berlebihan mengenai teologi dengan beranggapan
bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Menurut Eka
Darma Putra, masalah hubungan antara teologi dan iptek juga akan menjadi
isu-isu yang menonjol pada dasawarsa ini maupun yang akan datang. Hal ini didorong oleh dua hal: pertama, manusia semakin menyadari bahwa ilmu
dan tekonologi bukanlah segala-galanya.
Kedua, ada tren perubahan-perubahan fundamental di dalam cara berpikir
para ilmuwan sendiri. Sehingga menurut
Eka bahwa “kesadaran para ilmuwan akan keterbatasannya serta perlunya suatu
kerjasama dengan cabang-cabang lain, membuka peluang yang amat besar bagi
percakapan dan kerjasama yang baru antara teologi dan ilmu.
FUNDAMENTALISME
DALAM GEREJA
Pada abad
XIX gereja semakin berhadapan secara konfrotatif dengan ilmu pengetahuan. Bisa dikatakan bahwa Ilmu pengetahuan dalam
kedudukan menang sedangkan gereja dalam keadaan mundur terus. Memang orang dalam gereja telah dikuasai oleh
roh zaman di bawah perkembangan ilmu pengetahuan sehingga gereja kurang punya
keyakinan dan kepercayaan diri.
Munculnya
fundamentalisme dalam keadaan seperti ini bertujuan untuk membangun benteng
yang kokoh dalam perjuangan iman Kristen melawan kekristenan di dalam gereja
yang banci. Garis-garis perjuangan yang
tampak dalam fundamentalisme adalah: pertama, penyataan Allah dipertentangkan
dengan akal manusia. Kedua, Alkitab
dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan.
Ketiga, untuk mengamankan Alkitab terhadap kritik Alkitab (historis
kritis), fundamentalisme menciptakan ajaran inspirasi harfiah dan menyatakan
bahwa Alkitab tidak bias salah.
Fundamentalisme membangun benteng bukan untuk bertemu dengan orang lain
di luar benteng itu dan mengadakan percakapan dengannya tetapi dibangun dengan
maksud untuk melawan musuh. Bahayanya
adalah dunia ini semakin mengalami kemajuan dalam bidang industry dan teknologi
lain. Dengan demikian fundamentalisme
semakin kehilangan alas an yang rasional untuk menentang realitas yang datang
tersebut.
Pdt. Ioanes
Rakhmat S.Th mengatakan bahwa kaum fundamentalisme mengakui bahwa yang menulis
Alkitab itu berada dalam dunia dan kebudayaannya tetapi kebudayaan itu tidak
mempengaruhi isi wahyu Allah. Mereka
dengan keras menolak pendekatan-pendekatan modern. Mujizat yang dipahami oleh fundamentalisme
hanya sebagai kejadian-kejadian atau perbuatan-perbuatan besar yang
supranatural dan supra-rasional yang hanya bias dilakukan oleh Allah dalam
campur tangan-Nya pada berbagai urusan dunia.
Paham
fundamentalisme dan gerakannya telah dengan mendalam dan meluas merasuki hamper
semua sendi tubuh dan denyut kehidupan banyak warga gereja-gereja di
Indonesia. Sebagai gereja yang ada dalam
dunia, tidak luput dari pengaruh perkembangan menuju masyarakat modern yang
dicirikan oleh pelbagai perubahan besar.
AGAMA-AGAMA
DI INDONESIA MEMASUKI ERA BARU
Agama-agama
di Indonesia sedang berada di tengah jalan menyongsong era baru yang sedang
datang. Era baru itu bukan hanya
panggilan bersama agama-agama dan golongan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa untuk meletakkan landasan moral, etika, dan spiritual yang kokoh bagi
pembangunan tetapi juga era baru dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan. Salah satu contoh yang menonjol dalam ilmu
pengetahuan adalah mengenai rekayasa genetic.
TANGGAPAN PEMBACA
Buku ini
membahas pandangan-pandangan orang-orang Kristen yang fundamentalisme terhadap
IPTEK. Pernyataan-pernyataan di dalamnya
cukup memberi pemahaman bahwa IPTEK tidak perlu ditolak atau dianggap
bertentangan terhadap Alkitab karena Allah adalah sumber hikmat dan
pengetahuan.
Fundamentalisme
agama memang perlu tetapi tidak membuat manusia juga menjadi buta akan
pengetahuan. Hanya saja, manusia tidak
boleh mendewakan Ilmu pengetahuan itu.
Artinya bahwa IPTEK harus dapat dipakai secara wajar untuk kemuliaan
Tuhan, melayani Dia, dan melakukan kehendak-Nya secara khusus untuk
memberitakan Injil.
Ada
beberapa pernyataan para penulis yang tidak disetujui oleh pembaca. Salah satunya adalah pernyataan Eka Darma Poetra
yang mengatakan bahwa Teologia harus dapat mengimbangi IPTEK karena suatu saat
Ilmu pengetahuan akan mau bekerjasama dengan Ilmu lain seperti teologi. Menurut pembaca, pernyataan itu baik. Hanya saja, alasan untuk membangun teologi
janganlah hanya karena harapan bahwa suatu saat Ilmu Pengetahuan akan
bekerjasama dengan Teologi. Teologi
berkembang untuk menjawab kebutuhan jaman karena sekarang ini faktanya justru
IPTEK semakin membuat orang-orang semakin tidak mempercayai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar