LUPAKAN YANG TELAH LALU DAN BERLARI PADA TUJUAN
(Selasa, 07 Sep 2010)
JANGAN
MENGHITUNG KESALAHAN ORANG LAIN
TAPI
LIHAT SEBERAPA BERHARGA DIA DALAM HIDUPMU
JANGAN
MELIHAT DIA SEBAGAI MANUSIA YANG
TERBATAS
TAPI
INGAT BAHWA DIA PUNYA KEUNIKKAN
HINDARI
BERPIKIR NEGATIF TERHADAP ORANG LAIN
MUNGKIN
JUSTRU IA SEDANG MEMBERKATI ENGKAU
HINDARI
MENGHAKIMI SESAMA
SIAPA
TAHU IA MALAH BERJUANG MEMBELA PERKARAMU
TAKLUKANLAH
DOSA DI BAWAH KAKIMU
JANGAN
SEKALI-KALI BERMAIN DENGAN IBLIS
NYATAKAN
SEGALANYA DENGAN JUJUR
TAPI
JANGAN PERNAH MENYEMBUNYIKAN KEBOHONGAN
(eh,
udah bo’ong disembunyikan lagi, tata bhsnya piye toh...)
BERJALAN
DALAM KEBENARAN
MAKA
ENGKAU TAKKAN TERSANDUNG
PANDANGLAH
KE DEPAN HINGGA TUJUAN AKAN NYATA
By:
Eriyani Mendöfa
PULIHKANLAH KASIH KAMI
Dari
sujud sunyiku
ku
tatah sebuah sajak lara
yang
mengalir bersama sepinya hidup
Kekeringan
melanda
Wujud
kasih hampir sirna
Terhimpit
puing keegoisan
Membuat hidup ini terasa hampa
Ramah-tamah
tinggal sebuah kata
Larut
dalam indahnya perbedaan
Budi
pekerti berjalan-jalan entah kemana
Hanyut
dalam gelombang zaman
Kucari
diriku,
Ku
temukan dalam kesedihan yang dalam
Tanda tanya yang tak bertepi
Mengusik benakku
Ku
lihat mereka,
Terpancar
luapan dendam yang menyala-nyala
Berkobar
bagai si jago merah
Menelan
habis kasih mereka
Apakah
arti semua ini??????????????
ku coba
menghitung waktu-waktu yang akan bergulir,
sampai
kapan dunia sekejam ini
Ya
Tuhan, PULIHKANLAH KASIH KAMI
By:
Eriyani Mendöfa
KETERBUKAAN
DALAM HUBUNGAN
Submitted
by Novita on Fri, 04/04/2008 - 15:35
Share
Hidup
sebagai orang Kristen tidak berarti hidup tanpa persoalan. Pendek kata orang
hidup selalu memiliki masalah. Yang akan dibahas disini adalah masalah keterbukaan
dalam komunikasi. Banyak sekali masalah di dunia ini yang timbul karena masalah
yang sepele, salah pengertian! Salah pengertian bisa timbul karena komunikasi
yang salah dan salah satu faktor yang penting dalam berkomunikasi adalah
keterbukaan. Kita bisa melihat akibat dari kesalahpengertian ini. Masalah yang
sebenarnya sepele bisa menjadi masalah yang besar hanya karena sebab salah
pengertian.
Problem
ini bisa juga timbul di Gereja. Baik di antara sesama jemaat, jemaat dengan
orang di luar gereja ataupun antara pemimpin gereja dan jemaat. Bukan itu saja,
tanpa adanya keterbukaan, kita para pemimpin akan kesulitan dalam membantu dan
memantau pertumbuhan rohani dari orang yang kita bimbing. Sebab itu keterbukaan
adalah hal yang sangat penting untuk dimengerti, terutama untuk seorang
pemimpin.
Jendela
Johari
Dalam
dua bukunya yang berjudul Community that is Christian dan A Trainning Manual
for Small Group Leaders, Julie A. Gorman membahas lebih jauh tentang masalah
ini. Julie membahas tentang jendela Johari yang diciptakan oleh Joseph Luft dan
Harrington V. Ingham. Jendela Johari ini mencerminkan tingkat keterbukaan
seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-kuadran tersebut bisa
dijelaskan sebagai berikut:
Open
Menggambarkan
keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal-hal tersebut
meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya. Orang yang
"Open" bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan
menjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa dengan
seseorang.
Blind
Disebut
"Blind" karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat,
perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain
melihatnya. Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab,
padahal orang lain melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak
formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
Hidden
Ada
hal-hal atau bagian yang saya sendiri tahu, tetapi orang lain tidak. Hal ini
sering teramati, ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan hubungannya
dengan seseorang. "Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada
waktu itu, padahal aku begitu mempercayainya". Luka hati masa lalunya
tidak diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tak pernah melupakannya.
Unknown
Dikatakan
"Unknown", karena baik yang bersangkutan, maupun orang lain dalam
kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu. Sepertinya semua serba
misterius
Jendela
Johari juga bisa menjelaskan tingkat keterbukaan seseorang terhadap dirinya
sendiri maupun orang lain.
Orang
tipe I:
Merupakan
orang tipe paling tertutup. Tidak mau membuka dirinya keluar maupun menerima
pendapat/masukan/feedback dari luar. Panggilan yang tepat untuk yang yang
demikian adalah orang yang misterius.
Orang
tipe II :
Merupakan
orang yang menyembunyikan sebagian dari kebenaran tentang dirinya. Artinya ada
hal-hal atau bagian yang dia sendiri tahu tapi orang lain tidak. Contohnya orang
yang sakit hati dengan orang lain. Orang lain belum tentu tahu, tapi dia tahu.
Orang
tipe III:
Merupakan
orang yang buta. Disebut buta karena orang itu tidak tahu tentang sifat-sifat,
perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain
melihatnya. Contohnya adalah orang yang sok akrab, padahal orang lain melihat
dia sebagai seorang yang sangat berhati-hati dan tertutup, formal dan begitu
menjaga jarak dalam pergaulan.
Orang
tipe IV:
Merupakan
orang yang terbuka. Terbuka kepada orang lain dan terbuka untuk orang lain
menilai dan memberi masukan tentang dirinya.
Teladan
Keterbukaan Yesus Terhadap Perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42).
Yesus
dalam percakapannya dengan seorang wanita Samaria, merupakan contoh masalah
keterbukaan dari pandangan Alkitab.
Ada
12 hal yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah ini:
Ayat 7. Yesus melihat permasalahan yang
dialami perempuan Samaria. Buktinya, Yesus memulai percakapan dengan meminta
air kepada perempuan Samaria itu, padahal Yesus bisa saja menimba air itu
sendiri. Yesus memulai usaha-Nya agar perempuan Samaria itu terbuka dengan
membuka diri-Nya terlebih dahulu.
Ayat 9. Perempuan Samaria itu mulai
menampilkan hal yang tersembunyi (hidden) dari dalam dirinya. Hal itu mungkin
sakit hatinya kepada orang Yahudi. Sakit hati itu mungkin terjadi, karena Orang
Yahudi sering menganggap rendah orang-orang Samaria. Terbukti dari ucapannya,
"Masakan Engkau, seorang Yahudi..."
Ayat 10. Yesus mengatasi hal yang
tersembunyi dari perempuan Samaria itu dengan menawarkan sesuatu, berupa
karunia Allah.
Ayat 11-12. Respon perempuan Samaria adalah
kurang percaya. Memang, perempuan itu mulai mengerti Yesus dengan menyebut-Nya
sebagai Tuhan. Tetapi sayang, dia masih buta tentang karunia Allah dalam
dirinya.
Ayat 13-14. Yesus memberikan alternatif.
Jika perempuan Samaria itu mau membuka dirinya terhadap Yesus, maka Yesus akan
memberinya air hidup.
Ayat 15. Perempuan Samaria lebih terbuka
lagi dengan menyatakan kebutuhannya kepada Yesus.
Ayat 16. Suatu hal yang aneh terjadi pada
ayat 16. Yesus tidak langsung memberi diri-Nya sebagai air hidup kepada
perempuan Samaria itu. Yesus malah bertanya tentang suami perempuan Samaria
itu. Rupanya, Yesus ingin perempuan Samaria itu lebih terbuka lagi.
Ayat 17-18. Menjadi teman dan menerima apa
adanya! Hal itu dilakukan Yesus sebagai cara untuk menggali ketertutupan dari
perempuan Samaria itu. Yesus tidak menyalahkan perempuan Samaria itu. Kita
tidak menemui kata-kata penghukuman atas perempuan Samaria tersebut.
Ayat 19-20. Karena perempuan Samaria
tersebut diterima apa adanya, maka perempuan itu ingin lebih mengenal Yesus
lagi.
Ayat 21-26. Yesus menyatakan diri-Nya
dengan pengakuan-Nya sebagai Mesias kepada perempuan Samaria itu.
Ayat 28-30. Setelah perempuan Samaria itu
mendapatkan pernyataan diri Yesus. Dia mulai membuka dirinya kepada umum tanpa
merasa malu lagi, karena pernah tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Artinya, perempuan Samaria ini mengalami kebebasan dari segala hal yang membuat
dia menjadi tertutup.
Ayat 39-42. Perempuan Samaria menjadi
kesaksian bagi penduduk kota. Dia membawa banyak orang Samaria untuk percaya
kepada Yesus (ayat 39).
Keterbukaan
membawa berkat. Keterbukaan Yesus membawa perempuan Samaria juga terbuka
kepada-Nya, yang menjadikan perempuan Samaria mampu bersaksi kepada publik.
Yesus tidak langsung meminta perempuan Samaria itu untuk mengabarkan berita
keselamatan kepada orang Samaria. Yesus secara pelan-pelan melayani perempuan
Samaria itu sampai dia mengalami kebebasan melalui keterbukaannya. Setelah perempuan
itu mengalami kebebasan, tanpa dimintapun dia bersaksi kepada orang lain.
Sebagai
pemimpin tentunya kita ingin semua orang yang berada dibawah bimbingan kita
bisa menjadi seperti orang tipe IV. Tetapi terkadang hal itu tidak terjadi
dengan sendirinya. Kita telah belajar beberapa prinsip komunikasi dari Tuhan
Yesus bagaimana Yesus mengubah seorang wanita Samaria kafir yang tertutup
menjadi seorang perempuan Samaria percaya yang terbuka. Ini sungguh luar biasa.
Prinsip
pertama yang dapat kita lihat adalah Yesus yang memulai membuka dirinya
terhadap orang lain. Sebagai seorang pemimpin kita sendiri yang terlebih dahulu
"berani" untuk membuka diri kepada orang lain.
Prinsip
kedua, Yesus adalah seorang pemimpin yang penuh dengan integritas dan dapat dipercaya
(Trustworthy). Tanpa kepercayaan kita tidak akan mungkin mendapatkan
keterbukaan. Sebagai pemimpin semakin kita dipercaya semakin kita akan
mendapatkan keterbukaan dari orang yang kita bimbing bahkan dari "seorang
perempuan Samaria."
Diambil
dari:
Nama
buletin: Empowering, Mei-Juni 2001
Penulis
: Daniel Kuswanto
Halaman
: 6 dan 13
Kategori:
Misi
Keywords
Artikel: gereja, misi, pemimpin
Topic
Artikel: Misi
Login or register to post comments
1671 reads
RENUNGAN
KRISTEN (RAHASIA MEMBANGUN KEHIDUPAN YANG BENAR)
Syalom
rekan2 muda kristen Friendster yg saya kasihi.
Apa
kabar? Selamat bertemu kembali dgn saya. Smoga keadaan kita semua baik2.
Hari
ini saya akan memberikan renungan kristen. Smoga renungan ini membawa berkat
bagi rekan2ku.
Hari
ini saya akan membahas tentang ”Rahasia Membangun Kehidupan Yg Benar”. Kata
”Membangun” ini merupakan suatu pelajaran yang paling mendasar dan terutama
jika kita berjalan dalam kekristenan. Itu sebabnya hal ini sangat penting
sekali untuk kita pelajari dan pahami.
Secara
Terminologi,
Kata
”membangun” ini dalam bahasa Asli Alkitab Perjanjian Lama adalah ”Banah”
(Bhs.Ibrani), yang artinya: ”membangun, mendirikan, membangun kembali dan
merekonstruksi.” Kata ”banah” ini muncul kurang lebih 375 kali dan dalam bahasa
Ibrani kuno (Aramaic) muncul sebanyak 23 kali. (Lihat Vine’s Complete
Expository Dictionary of Old and New Testament Words, by: W.E. Vine, M.A.,
Merril F. Unger, Th.M, Th.D, Ph.D & William White, Jr. Th.M, Ph.D,
Copyright ©1996 AMG Publishers, page 25-26).
Kata
“membangun” ini dalam bahasa Asli Alkitab Perjanjian Baru (Bhs.Yunani) adalah:
a.
Oikodomeo, yg artinya: “membangun rumah, membangun segala sesuatu.”
b.
Anoikodomeo, yg artinya: “membangun kembali.”
c.
Epoikodomeo, yg artinya: “membangun di atas dasar.”
d.
Sunoikodomeo, yg artinya: “membangun bersama.”
e.
Kataskeuazo, yg artinya: “mempersiapkan, membangun, dan memoles.”
(Lihat
Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, by: W.E.
Vine, M.A., Merril F. Unger, Th.M, Th.D, Ph.D & William White, Jr. Th.M,
Ph.D, Copyright ©1996 AMG Publishers, page 82-83).
Nah,
itulah arti dari kata “membangun” secara terminologi menurut kamus Alkitab. Hal
ini saya pergunakan hanya sebagai referensi saja.
Rekan2
muda Kristen, setelah mengetahui hal ini, mungkin terlintas dalam benak
saudara: “Bagaimanakah cara kita membangun kehidupan kita?”…”Bagaimanakah cara
membangun kehidupan yg Benar?”..Kesemua hal ini tentu merupakan pertanyaan2
penting dan vital yg membutuhkan jawaban yg bijaksana. Oleh karena itu melalui
pertolongan hikmat dari Tuhan, maka ijinkanlah saya memberikan jawaban/jalan
keluar terhadap pertanyaan2 ini sesuai dgn kebenaran FirmanNya.
Rekan2
muda Kristen, Inilah yg akan kita pelajari sesuai kebenaran FirmanNya.
Cara
“membangun” kehidupan yg Benar, yaitu:
1.
Membangun di atas dasar Batu.
Itu
sebabnya Yesus berkata: ”Setiap orang yg mendengar perkataanKu ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yg bijaksana, yg mendirikan rumahnya di atas
batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah
itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu” (Mat.7:24-25).
Jadi,
…. Membangun di atas dasar batu, yaitu batu Ketaatan, dengan Mendengarkan
FirmanNya dan melakukan FirmanNya adl satu2nya cara untuk membangun yg
memungkinkan kita untuk bertahan menghadapi hujan, banjir, angin/badai abad
ini. Mendengarkan dan memasukkan FirmanNya ke dalam system nilai, pola, tingkah
laku, pikiran dan pembicaraan kita adl prasyarat bagi kehidupan yg abadi. Tetap
waspada dan tanggap thd suaraNya yg berbicara kepada kita menjadi dasar yg
teguh/kokoh dimana tidak ada badai, godaan dan cobaan yg mampu mengikisnya.
Rekan2
muda Kristen, Upah bagi orang yg taat kepada Firman Allah adalah mereka akan
mampu berdiri teguh, bahkan ketika pencobaan, ujian dan masalah datang.
Itu
sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa ketaatan kepada FirmanNya itu diibaratkan
seorang yg mendirikan rumahnya di atas batu. Lalu saat hujan dan banjir serta angin
menerpa rumah itu, maka rumah itu tetap teguh kokoh berdiri. Mengapa rumah itu
teguh kokoh berdiri?! Karena rumah itu didirikan di atas batu.
Jadi,
hanya dengan ketaatan kepada FirmanNya-lah (membangun di atas dasar batu
ketaatan), maka kita bisa membangun rumah hidup kita: rumah pelayanan, rumah
pekerjaan, rumah keluarga, rumah karakter kita dengan berdiri teguh/kokoh dan
tidak tergoyahkan.
Itu
sebabnya Mzm.127:1a berkata: “Jikalau bukan TUHAN yg membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yg membangunnya.”
Tuhan
Yesus tadi mengatakan…”lalu…datanglah hujan, banjir, dan angin
melanda/menghantam rumah itu”.
Dengan
kata lain, proses terjadinya hujan, banjir dan angin adalah alami dan pasti
harus terjadi kepada rumah itu. Sobat muda, kehidupan kita pun seperti ini.
Kita tidak dapat merekayasa supaya hujan pencobaan, ujian dan masalah supaya
tidak datang kepada kita. Kita juga tidak dapat mengakal-akali agar banjir
pencobaan, ujian dan masalah tidak datang kepada kita. Kita juga tidak berhak
mengklaim bahwa angin pencobaan, ujian dan masalah tidak akan datang kepada
kita.
Ini
berarti Hujan, Banjir, Angin/Badai Pencobaan, Ujian dan Masalah itu pasti
datang dan harus datang kepada siapa saja, tak terkecuali. Tetapi yg menjadi
pertanyaan besar adalah: “Seberapa teguh, seberapa kokoh, seberapa kuatkah
Bangunan Rumah Rohani kita ketika Hujan Angin dan Badai pencobaan, ujian dan
masalah itu datang menghantam dan menerpa kita?!” Tetapi syukur kepada Tuhan,
bahwa mereka yg mendengar Firman Tuhan dan yg melakukannyalah yg akan mampu
berdiri teguh, kokoh dan kuat. Mengapa?! Karena mereka inilah yg diumpamakan
oleh Tuhan Yesus seperti orang yg mendirikan rumahnya di atas batu, sehingga
ketika semua beban, masalah, persoalan, ujian dan pencobaan datang, maka mereka
yg TAAT KEPADA TUHAN & FIRMAN-NYA lah yg akan tetap teguh berdiri!
2.
Membangun di atas dasar Emas, Perak dan Permata.
Itulah
sebabnya Alkitab berkata: ”Entahkah orang membangun diatas dasar ini dengan
emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak
pekerjaan masing2 orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya,
sebab ia akan nampak dgn api dan bagaimana pekerjaan masing2 orang akan diuji
oleh api itu. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian…dst” (1
Kor. 3:12-15).
Rekan2
muda, perhatikan! Alkitab mencatat bahwa ada kualitas Unggul yg membuat
perbedaan ketika api datang. Yaitu terbuat dari bahan/materi yg tahan api
(panas), yaitu:
EMAS,
PERAK DAN BATU PERMATA.
Mari
kita selidiki sifat2 ketiga bahan/materi ini…
Emas, sifatnya: Tahan karat, Logam mulia
indah (Ezr.8:27, Yes.13:12), sangat mahal harganya, berkilau (Mzm.68:14),
lentur (fleksibel), tidak gampang patah, sulit dilebur (tahan panas tinggi,
sampai ribuan derajat celsius) (Kel.32:3-4, Ams.17:3, Za.13:9, 1 Ptr.1:7), dan
merupakan perhiasan sorga (Why.21:18,21).
Perak, sifatnya: Tahan karat, Logam mulia,
sangat mahal harganya, lentur (fleksibel), tahan panas tinggi (Yeh.22:20-22,
Ams. 17:3, Za.13:9), warnanya putih dan berkilauan (Why.68:14-15).
Batu Permata, sifatnya: Tahan karat, Batu
yg bercahaya (Yeh.28:14-16), sangat mahal harganya, tahan terhadap tekanan krn
dlm proses pembuatannya maka permata harus digilas, digosok atau dipoles dgn
”mesin pengasah” secara berulangkali, setelah itu terlihatlah gemerlap dan
kilau cahayanya. Permata ini juga merupakan perhiasan yg sgt berharga, juga ada
di sorga (Why.21:11, 18-21).
Nah,
rekan2 muda, perhatikan!Bhw ketiga bahan tsb di atas (emas, perak, batu
permata) ini memiliki kesamaan, yaitu tahan tekanan/panas tinggi.
Contoh
dari orang2 yg tahan diuji imannya: Henokh (Kej.5:22-24, Ibr.11:5), Yusuf
(Kej.37 s/d 50), Paulus (2 Kor.4:8-10, 2 Kor. 6:4-10, 2 Kor.11:23-31, 2
Kor.12:10, Flp.4:11-13).
Jadi
bahan2 ini (emas, perak dan batu permata) adalah melambangkan orang2 percaya yg
sudah teruji iman dan perjalanan kekristenannya. Meskipun api (pencobaan,
ujian, penderitaan, kepahitan) datang…namun ia tetap tahan diuji. Orang seperti
ini juga memiliki pengajaran Alkitabiah dan prinsip2 Firman yg sangat tinggi
dan tahan ”diuji” kebenarannya oleh manusia manapun.
Berapa
banyak di antara kita mengalami kegagalan, kehancuran dan kebinasaan karena
kurang tahan uji terhadap api pencobaan, api penderitaan, api ujian, api
kepahitan hidup ini: rumah tangga yg broken home, bunuh diri, menghujat nama
Tuhan karena kecewa atas hidup ini, melampiaskan diri ke pergaulan bebas di
klub2 malam, ke narkoba, ke seks bebas, pornografi dan minuman keras karena
kecewa terhadap diri sendiri dan orang disekelilingnya, membunuh orang lain
karena pacarnya/isterinya selingkuh dgn orang yg dibunuh, menjatuhkan posisi
temen kerja karena benci atau iri, menyontek di kampus/sekolah waktu ujian,
korupsi, dan banyak hal2 yg mengerikan lainnya?! Rekan2 muda kristen,
bagaimanakah kita membangun kehidupan kita?! Renungkanlah!!
Kehidupan
yg tangguh dlm perjalanan kekristenan adalah kehidupan yg tahan uji dalam api
pencobaaan, api penderitaan, api ujian, api kepahitan hidup. Inilah kehidupan
yg dibangun di atas dasar Emas, Perak dan Permata.
3.
Membangun di atas dasar Hikmat/Kepandaian/Kebijaksanaan.
Itu
sebabnya Alkitab berkata: ”Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu
ditegakkan, dan dengan pengertian kamar2 diisi dengan bermacam-macam harta
benda yg berharga dan menarik” (Ams.24:3-4).
Rekan2
muda, apapun latar belakang profesi/pekerjaan, pengalaman, apa yg kita miliki
dan banggakan itu semua tiada berarti jika kita tidak membangun hidup kita atas
dasar hikmat, kepandaian dan kebijaksanaan.
Berapa
banyak di antara kita mengalami kegagalan karena kurangnya
hikmat/kepandaian/kebijaksanaan: Putus kuliah, tidak naik kelas, rumah tangga
yg broken home, beramtem terus dgn pacar dan sahabat, mengalami kebangkkrutan
finansial, usaha yg gatot (gagal total) dan usaha yg gatal (gagal total) juga…hehehe?!
Berapa banyak di antara kita yg mengalami hal ini?!
Tentunya
ini menunjukkan kepada kita tentang pentingnya suatu kerangka
pengetahuan/kepandaian/kebijaksanaan yg utuh, baik ttg Firman Tuhan maupun
pengetahuan dunia ini.
Sebagai
contoh:
Kalo
saudara ingin berhasil dlm usaha/bisnis/wirausaha tentunya saudara pasti akan
membaca buku2/referensi dari pengalaman orang2 yg telah sukses dlm menjalankan
bisnis/usahanya. Kalo saudara ingin berhasil dalam studi/kuliah tentunya
saudara pasti akan membaca/mempelajari buku2 ttg ilmu pengetahuan yg sesuai dgn
pendidikan saudara. Kalo saudara ingin berhasil menjadi seorang
kekasih/pasangan hidup yg menjadi impian banyak lawan jenis maka pasti saudara
perlu membaca buku2 psikologi dan buku2 pengembangan diri yg berhubungan dgn
pacaran dan pernikahan. Dan diatas semuanya itu, kalo saudara ingin menjadi
orang yg menyenangkan hati Tuhan dan menikmati hidup yg berhasil di dunia ini
dan di sorga sorga, tentunya saudara pasti harus membaca Alkitab/Firman Tuhan
(Mzm.1:1-3, Yos.1:8, Ul.28:1-14)
Intinya,
semua harus diletakkan pada porsinya secara seimbang. Itu sebabnya keberhasilan
kita pasti akan ditentukan dari seberapa banyak hikmat/kepandaian/kebijaksanaan
yg kita miliki untuk mengatasi masalah hidup yg sedang diperhadapkan kepada
kita masing2. Jadi, kehidupan yg dibangun dgn benar adalah kehidupan yg
dibangun diatas dasar Hikmat/Kepandaian/Kebijaksanaan.
4.
Membangun di atas dasar Iman yg Paling Suci.
Itu
sebabnya Yud.1:20 berkata: ”Akan tetapi kamu, saudara2ku yg kekasih, bangunlah
dirimu sendiri di atas dasar imanmu yg paling suci dan berdoalah dalam Roh
Kudus.”
Rekan2
muda kristen, kita perlu membangun kehidupan kekristenan kita di atas dasar
iman kita yg paling suci. Bagaimanakah kita mencapai iman kita di level yg
paling suci? Yaitu dengan menjaga kehidupan kita tetap suci/kudus dalam
perilaku dan suci/kudus dalam ajaran/prinsip pengajaran Firman yg benar. Ini
sangat penting dan yg terutama!
Mengapa
kesucian/kekudusan merupakan hal yg penting/terutama di dalam membangun
kehidupan kekristenan kita dlm mengikut Tuhan? Karena kesucian/kekudusan
membawa dampak besar, yaitu:
Kesucian/Kekudusan membawa kita melihat
kemuliaanNya (Mat.5:8, Yos.3:5, Kel.19:10-11)
Kesucian/Kekudusan membuat kita
dipermuliakan oleh Allah (2 Tim.2:21)
Kesucian/Kekudusan membuat kita menerima
kasihNya & kebaikanNya (Mzm.84:12, Dan.6:22-23)
Kesucian/Kekudusan memperkenan kita
menerima ”pakaian putih” dari Allah sbg penghargaan dan tanda kemenangan
(Why.3:4)
Kesucian/Kekudusan membawa kita merasakan
kehadiran Tuhan berjalan bersama kita (Why.3:4)
Kesucian/Kekudusan membuat nama kita
tercatat dalam Kitab Kehidupan (Why.3:5, Why.20:11-15)
Kesucian/Kekudusan membuat nama kita diakui
dihadapan Allah & malaikatNya (Why.3:5)
Kesucian/Kekudusan membuat kita tidak
”telanjang” dan ”memalukan” (Why.3:18)
Kesucian/Kekudusan membuat kita layak naik
ke gunung Tuhan dan berdiri di hadiratNya (Mzm.24:3-4)
Kesucian/Kekudusan adalah jalan menuju
kehidupan yg produktif/berbuah dan berhasil (Mzm.1:1-3)
Jadi,
Allah sangat mengagumi orang yg mampu menjaga kehidupannya suci/kudus. Rahasia
kekuatan dan kemuliaan ”bangunan” rumah hidup kita hanya dapat terlihat ketika
kita menjadikan kesucian/kekudusan menjadi fondasi hidup kita. Bagaimanakah dgn
kehidupan kita?!..Itu kembali kepada diri kita masing2….
5.
Membangun dengan bekerjasama dengan Allah.
Itu
sebabnya Alkitab berkata: ”Jikalau bukan TUHAN yg membangun rumah, sia-sialah
usaha orang yg membangunnya” (Mzm.127:1a).
Contoh:
a.
Pembangunan Bahtera Nuh,
Pembangunan
Bahtera/kapal Nuh itu berhasil karena ada petunjuk dan firman Allah
(Kej.6:13-22, Kej.7 s/d 8). Jadi Nuh berhasil membuat bahteranya adalah karena
dia membangun bahteranya dgn bekerjasama dgn Allah.
b.
Pembangunan Tembok Yerusalem oleh Nehemia,
Pembangunan
tembok ini berhasil dilakukan oleh Nehemia beserta rekan2 yg membantunya,
karena mereka dibantu oleh Allah (Itu sebabnya Neh.6:15-16 berkata: ”Maka
selesailah tembok itu pada tanggal 25 bulan edul, dalam waktu 52 hari. Ketika
semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami.
Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan
itu dilaksanakan dengan BANTUAN ALLAH kami.”).
Jadi,
peran serta/kerjasama dgn Allah membawa hasil yg luar biasa, yaitu
keberhasilan. Itu sebabnya sebagai orang percaya yg mengaku kristen, maka
segala hidup kita perlu dibangun dgn bekerjasama/mengikutsertakan Tuhan dalam
setiap permasalahan dan tantangan yg diperhadapkan kepada kita. Membangun hidup
Bekerjasama dgn Allah berarti kita berdoa terlebih dahulu bertanya kepadaNya
ttg apa yg akan kita rencanakan: karir, jodoh, masa depan, pelayanan, hidup,
keluarga, dll. Membangun hidup dgn bekerjasama dgn Allah berarti kita juga
menyisihkan (menyingkirkan) pertimbangan2 akal logika/kepandaian kita demi
menerima nasihat firmanNya yg akan memberi jalan keluar melebihi apa yg dapat
kita doakan, pikirkan dan minta.
Hidup
ini penuh dgn teka-teki, permasalahan dan pergumulan, maka satu2nya jalan untuk
mendapat jalan keluar/jawaban hanyalah dgn mengandalkan Tuhan dan menaruh
harapan kita kepada Tuhan sbg Gembala, penasihat yg ajaib, dan penuntun jalan,
kebenaran dan sumber kehidupan kita (Yer.17:7-8, Mzm.23, Yoh.10:11-18,
Yeh.34:14-16, Yes.9:5, Yoh.14:6).
Jadi,
membangun kehidupan kita yg benar/baik adalah dgn bekerjasama/mengikutsertakan
Tuhan dalam perencanaan dan hidup kita (Baca Yak.4:13-15). Inilah kehidupan
kekristenan yg berhasil.
Nah,
demikianlah renungan yg saya boleh saya sampaikan.
Kiranya
renungan ini menjadi berkat buat rekan2 muda kristen friendster.
No
Responses ke “RENUNGAN KRISTEN (RAHASIA MEMBANGUN KEHIDUPAN YANG BENAR)”
All
of Grace
Jumat,
27 Mei 2011
7
Cara Alkitabiah untuk Membangun Keluarga yang Bahagia
by
--allofgrace--
·
Banyak keluarga yang hancur—hidup tidak, matipun enggan—karena
masing-masing yang berperan dalam keluarga itu mementingkan diri sendiri dan
mengembangkan rasa tidak bertanggung jawab.
· Mementingkan diri yang dimaksud: “Bagaimana
pasangan saya memuaskan saya?” “Bagaimana pasangan saya melakukan segala
sesuatu dengan cara saya?” “Bagaimana pasangan saya sesuai dengan standar
saya?” dll
· Suami isteri tinggal serumah tetapi tidak
lagi sungguh-sungguh sebagai keluarga dan dalam ikatan pernikahan karena
masing-masing menyimpan kepahitan dan kekecewaan terhadap pasangannya.
Akibatnya: Suami, isteri, dan anak-anak menderita.
· Pelajari dan terapkan 7 konsep dasar
ini untuk membantu pasangan suami isteri membangun keluarga yang stabil.
I. Ikuti Apa yang Diperintahkan
Allah dalam Alkitab (2Tim. 3:16-17)
1. Allah menginstitusikan pernikahan (Kej.
2:24). Karena itu, pernikahan akan gagal jika pasangan suami-isteri hidup bersama
dengan menggunakan aturannya sendiri dan bukan aturan Allah.
2. Akibatnya: (1) Keluarga berantakan (Kej.
27:1-46); (2) Kesetiaan anak-anak akan terpecah-pecah (1Raj. 1:6); (3)
Anak-anak menyimpan kepahitan seumur hidupnya (2Sam. 18).
3. Prinsipnya:
a. Semua harus sudah lahir baru (Yoh. 3:3,
7)
b. Dibaptiskan, bersaksi bahwa hidup lama
Anda sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan kembali dalam hidup yang baru
untuk melakukan kehendak Allah (Rm. 6:3-5)
c. Serahkanlah diri Anda masing-masing
untuk berlaku yang benar (Rm. 12:1-2)
d. Baca Alkitab dan berdoalah tiap hari
dengan pasangan dan keluarga (Ul. 6:6-7)
e. Aktiflah dan hadirlah bersama-sama dalam
setiap kebaktian dalam jemaat Tuhan yang alkitabiah (Ibr. 10:25)
f. Carilah kesempatan untuk melayani Tuhan
bersama-sama (Rm. 12:11)
II. Peneguhan Kembali bahwa Pernikahan
Itu Komitmen Permanen dan Persatuan yang Tidak Dapat Dipisahkan (Mat. 19:6)
1. Ingat “Dalam keadaan suka ataupun duka,
kaya atau miskin, sehat atau sakit … sampai kematian memisahkan kita.”
2. Peganglah janji ini benar-benar bersama
pasangan Anda.
III. Pernikahan itu Bukan Pembagian 50/50
1. Pembagian 50/50 ini berarti: “Jika kamu
melakukan bagianmu, maka aku akan melakukan bagianku.” Bila tidak dilakukan,
jadilah pertengkaran!!
2. Setiap pasangan harus memenuhi tanggung
jawabnya 100%: Suami 100% dan isteri 100%, meskipun seandainya salah satu
pasangan tidak dapat memenuhinya. Maksudnya, dengan memberikan 100% tadi, yang
kuat akan menguatkan yang lemah,
3. Perintah Allah dalam pernikahan
100%-100% ini ada dalam Ef. 5:18-33:
a. Isteri: (1) tunduk pada suami, seperti
kepada Tuhan (ingat bahwa ini bukan hanya jika suami melakukan tanggung jawabnya);
(2) Isteri hendaknya tidak menggurui suaminya.Dia dapat memenangkan suaminya
dengan perilakunya (1Ptr. 3:1)
b. Suami: (1) kepala keluarga—bukan dalam
hal superior-inferior tetapi dalam hal otoritas dan tanggung jawab; (2)
Mengasihi isteri, bahkan hingga rela mengorbankan nyawanya (Rm. 5:8); (3)
dipenuhi dengan Roh Kudus (Ef. 5:18)
4. Bagaimana jika kita belum memberikan
100% ini?
a. Akui dosa dan kegagalan di hadapan Tuhan
secara rinci (1Yoh. 1:9-10)
b. Minta pengampunan pada pasangan karena
gagal menjadi pasangan yang dikehendaki Allah.
c. Belajarlah untuk taat.
IV. Kenali Bahwa Masing-masing Memiliki
Kebutuhan Pribadi yang Berbeda-beda
1. Suami dan isteri masing-masing memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pasangannya (Ef. 5:33)
2. Apa yang dibutuhkan isteri?—(a) kasih;
(b) mendengar bahwa dia dikasihi; (c) menerima bukti kasih suaminya; (d) rasa
aman, perlindungan, dll
3. Apa yang dibutuhkan suami?—(a) dihormati
dan dihargai; (b) mengetahui bahwa isterinya tetap menghargainya, khususnya
pada saat ada kegagalan; (c) mengetahui bahwa isterinya bergantung padanya,
sama seperti jemaat bergantung pada Kristus.
4. Jika tidak dipenuhi akan timbul konflik
yang mengarah usaha pencarian pemenuhan kebutuhan itu pada orang lain.
V. Usahakanlah Untuk Memenuhi Kebutuhan
Pasangan Anda (1Kor. 7:3)
1. Apakah kebutuhan Anda itu sudah cukup
terpenuhi oleh pasangan Anda?
2. Mulailah dari diri Anda untuk memberi
lebih dahulu (Luk. 6:38a): Jika kita memberi kasih … kita akan mendapatkan
kasih. Jika kita memberi pertolongan, kita akan menerima pertolongan. Jika kita
memberi senyum, kita akan menerima senyumam. Jika kita memberi kebencian, kita
akan mendapat kebencian pula.
VI. Pandanglah Perbedaan dengan Cara Allah
(1Kor. 7:4-5)
1. Delapan Langkah Penurunan Hubungan
(mengarah pada penceraian):
a. Hilangnya persekutuan yang hangat,
komunikasi, dan kesatuan.
b. Perangkap perzinaan—saat pasangan mencari
pemenuhan kebutuhan untuk kehangatan, komunikasi yang bermakna, kesatuan,
hormat pada yang lain selain pasangan mereka—itulah perzinaan. Bandingkan bahwa
Allah menyatakan bahwa penyembahan berhala adalah zina (Im. 17:7) demikian juga
minta pertolongan kepada mereka (Im. 20:6). Jadi, perzinaan itu bukan hanya
hubungan seks di luar pernikahan. Sering kali hal ini karena sedikit perbedaan
yang terjadi antara suami isteri, luka hati yang tidak terobati, dan juga
kesalahan yang tidak dimaafkan. Memang pasangan itu masih ada seatap,
tersenyum, berhubungan fisik. Tetapi persekutuan yang hangat itu telah
berakhir.
c. Untuk menghindari luka yang lebih parah,
pasangan yang terluka itu menarik diri dan membangun benteng perlindungan.
d. Orang yang terluka itu mencari kambing hitam
dengan menyakiti orang lain, biasanya anak-anak atau kerabat terdekat yang
bersama mereka.
e. Benteng perlindungan pun akan juga
dibangun.
f. Pernikahan menjadi dingin, formalitas,
tanpa makna, kasih, dan komunikasi yang bermakna.
g. Pasangan tidak lagi memenuhi kebutuhan
pasangannya.
h. Perceraian.
2. Bagaimana solusi terhadap penurunan
hubungan itu?
a. Gesekan-gesekan oleh karena perbedaan
itu harus diselesaikan segera (Mat. 18:15)
b. Sikap yang perlu dikembangkan adalah
pengampunan (Mrk. 11:25; Luk. 17:3-4)
c. Itulah jalan rekonsiliasi yang dilakukan
Allah (Ef. 4:32)
3. Bagaimana Tuhan mengampuni?
a. Kristus tidak berdosa, tetpai Dia
menanggung dosa, kesalahan, malu, dan penghukuman kita (Rm. 5:8). Itu jugalah
yang harus kita lakukan pada orang lain … terlebih pasangan kita (Mat. 5:39).
Saat kita benar-benar mengampuni, kita harus menempatkan diri kita di tempat di
mana kita bisa kembali disakiti.
b. Bila pengampunan itu diberikan, dasar
pemulihan komunikasi dan keterbukaan dalam pernikahan pun akan kembali
terbangun
c. Selesaikan perbedaan itu dengan cara
Allah, jangan pernah mengabaikannya.
VII. Percaya Sepenuhnya Satu Sama Lain
1. Pernikahan akan kokoh bila didasari oleh
saling percaya—termasuk kepercayaan untuk pasangan dapat memulai lagi dari awal
meskipun dia telah gagal
2. Tanda-tanda ketidakpercayaan: (a)
cemburu; (b) curiga; (c) tembok perlindungan—batasan-batasan yang tidak masuk
akal.
3. Kita dapat memberikan kepada pasangan
kita kepercayaan tanpa syarat hanya jika kita percaya bahwa Tuhan akan
menjaganya benar dan menguatkannya bila dia gagal.
4. Suami harus dapat mempercayai isterinya
(Ams. 31:10-11)
5. Isteri dapat taat pada firman Allah (Ef.
5:22) jika dia percaya suaminya.
Kesimpulan
Bangunlah
keluarga dengan prinsip Alkitab!
Posted
by All of Grace at 11:58
Kirimkan
Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Labels:
Family
Reactions:
0
comments:
Poskan
Komentar
Links
to this post
Buat
sebuah Link
Posting
Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan:
Poskan Komentar (Atom)
Mengenai
Saya
All
of Grace
I try to share the truth. Please kindly
share your comment and responses.
Lihat
profil lengkapku
Entri
Populer
21 Reasons to Stand with Your Pastor (21
Alasan Tetap Bertahan Bersama dengan Gembala Anda)
Pernahkan memerhatikan bahwa beberapa orang
suka mengritik para gembala? Seperti anak-anak dan permen—mereka membuat diri
mereka kecand...
7 Cara Alkitabiah untuk Membangun Keluarga
yang Bahagia
by --allofgrace-- ·
Banyak keluarga yang hancur—hidup tidak, matipun enggan—karena
masing-masing yang berperan dalam keluarga itu mem...
PERCERAIAN
Penyebab perceraian dikategorikan dalam
beberapa golongan, yaitu: Kekurangan makanan emosional dalam pernikahan, ibarat
pohon...
Membangun Keluarga (Mzm. 127:1-5; Ti.
2:4-5)
Saudara, dalam tahap perkembangan manusia,
sebagaimana yang telah ditentukan Allah, kita semua menjadi bagian suatu
keluarga. Kita mengh...
Pahala dan Hukuman
--by allofgrace-- Allah “ memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6). Dia juga memberikan
“upah” dari segi ...
Kematian Tidak Menunggu
Penulis lagu buta, Fanny Crosby, ditanya
apakah ada yang lebih buruk selain daripada buta. Ia menjawab, “Ya, memiliki
mata tetapi tidak ...
Awas Nabi-nabi Palsu (Mat. 7:15-20)
Saudara, saat ini suatu kalangan tertentu
menyatakan bahwa karunia nubuat dan kenabian itu sudah at...
Bangkit dari Keterpurukan (Luk. 22:54-62)
Mengapa orang seperti Petrus, rasul yang
dipakai oleh Tuhan dengan sangat luar biasa, dapat mengalami iman yang
sedemikian terpuruk? Petr...
Teks yang Lebih Pasti
The Superiority of the Received
Text--allofgrace Menurut pernyataan iman Petrus, yang diberikan atas inspirasi
Roh Kudus, kita memang dim...
6 Masalah Jemaat
(2Kor. 11:27-28) Pendahuluan A. Jemaat yang didirikan Tuhan Yesus itu
kekal (Mat. 16:18; Dan. 2:44...
Arsip
Blog
▼
2011 (51)
►
Juni (8)
▼
Mei (15)
KELUARGA YANG MENGECEWAKAN
7 Cara Alkitabiah untuk Membangun
Keluarga yang Ba...
Kematian Tidak Menunggu
21 Reasons to Stand with Your
Pastor (21 Alasan Te...
Bangkit dari Keterpurukan (Luk.
22:54-62)
MENGAMPUNI ATAU MENYIMPAN
KEPAHITAN? (Ef. 4:31-32)...
Menjadi Berkat dalam Pekerjaan
Membangun Keluarga (Mzm. 127:1-5;
Ti. 2:4-5)
Ibu yang Mengajar Anak-anaknya
(2Tim. 1:5-8)
3 Pemberita yang Seharusnya
Berhenti
Apakah Baptis Independen Itu?
Tak Ada "BEKAS" bagi
Allah
Kemunduran Jemaat—2
Pemuridan dan Mentoring
Response #3 to the Saddest Letter
►
April (14)
►
Maret (14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar