Minggu, 07 Juni 2015

MUNCUL BINTIK MERAH SETELAH PANAS TINGGI

Seminggu kemarin saya sangat sedih. Kenapa tidak, bayi Geoffrey panas sampe 39.5 dercel. Hiks.Hiks.. apa yang harus saya lakukan?  Saya sangat sedih.

Kronologisnya
Dari anak saya ultah, 1 Mei 2015, saya ganti sufornya.*Maaf anak saya sambung sufor karena asi gak cukup. Setelah itu dia langsung diare ringan(pup 3-4 kali/hari)
Setelah 3 hari saya bawa ke dokter spesialis anak.  Kata dokter anak saya diare ringan.  Lalu diberikan obat Zinc***.  Obat itu ternyata harus habis, tapi anak saya tidak sampai menghabiskannya, akhirnya dia diare lagi.

Tapi bukan hanya diare, badannya mulai panas. Oh bagaimana ini?
Lalu saya bawa lagi ke dsa.  Dsa bilang anak saya kena disentri.  Dokter itu memberikan obat lagi sementara yang kemarin saja masih dan disuruh meneruskannya.
Selang beberapa waktu, ternyata diarenya gak sembuh-sembuh.  Lalu saya share di salah satu grup ibu-ibu, mereka menyarankan untuk mengganti susu atau kembali ke susu semula sebelum benar-benar beralih total.
Saya ikuti. Alhasil Geoffrey sembuh dari diarenya.  Tapi demamnya kok masih tinggi aja, padahal saya sudah berikan penurun panas?

3 hari kemudian, panasnya turun.  Saya lihat di kulitnya muncul bercak-bercak merah.  Saya search di internet ternyata itu namanya roseola infantum.  Penyakit ini ditandai dengan setelah panas tinggi, muncul bercak merah di kulit.  Saya jadi tenang setelah panasnya turun.  Saya cuma memberikan cream di kulitnya supaya cepat sembuh.

Tak lama sesudah itu, anak saya batuk pilek.  Batunya berdahak.  Kalau anak saya tidur, dadanya berbunyi.  haduh kenapa begini lagi.  Akhirnya, saya bawa ke dokter yang lain.
Dokternya memberikan obat dan juga menyarankan untuk diuap.

3 hari selanjutnya saya bawa anak saya lagi ke dokter, lalu diuap.  Waktu diuap, dia nangis kejer.  Sampe-sampe mukanya merah semua.  tapi ternyata justru bagus kalau anaknya nangis saat diuap biar paru-parunya terbuka.

Tak sampai seminggu kemudian, anak saya sembuh.

Saya bersyukur pada Tuhan.

Meninggalkan Anak di rumah untuk pertama kalinya

Bagi seorang Ibu, tentu merupakan suatu hal yang sulit ketika meninggalkan anak untuk bekerja.
Namun, jika tidak bekerja bagaimana dengan masa depan sang Anak dan kebutuhannya.
Ada banyak kontroversi antara Ibu yang bekerja dengan Ibu Rumah Tangga yang hanya mengurus keluarga.
Antara keduanya saling membanggakan diri. Tak jarang ibu-ibu Rumah Tangga yang membanggakan diri dan merasa telah menjadi Ibu yang sempurna dibanding Ibu yang bekerja dan meninggalkan anak di rumah.

Hal itu memicu kemarahan dua kubu ini dan sindir-sindiran di facebook, twitter ataupun akun media sosial lainnya.
Namun, perlu diingat bahwa baik Ibu yang bekerja maupun Ibu yang stay di rumah saja sama-sama memiliki hati sebagai seorang Ibu.
Mereka bekerja untuk anaknya dan mereka juga selalu di rumah untuk anaknya.
Keduanya sama-sama tidak sempurna. Tak ada Ibu yang perfect di dunia ini.

Oleh karena itu jangan saling merendahkan atau saling sindir-menyindir.  Masing-masing kita punya niat baik untuk anak kita.
Meskipun Ibu 24 jam di rumah bersama anak tapi kalau tidak maksimal mengurus anak ya sama saja, anaknya sakit-sakitan. Itu hanya alasan untuk malas bekerja saja.
Ataupun meskipun 8 jam meninggalkan rumah karena bekerja tapi kalau doanya terus untuk mendoakan anaknya dan niatnya baik bekerja tulus demi anak, maka Tuhan akan melimpahkan kesehatan kepada keluarganya.

Ibu-ibu zaman dahulu mengurus anak dan juga bekerja, tapi bukan untuk gagah-gagahan sama ibu-ibu yang lain.  beda dengan sekarang.  Ibu-ibu yang full time di rumah kadang-kadang hanya untuk menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh mengasihi anak dan suami, lalu menyindir ibu-ibu lain yang pergi pagi pulang petang.

Ohya, ada tips bagi Ibu muda yang baru meninggalkan anak di rumah:
1. secara emosi Ibu harus tenang, Karena si anak punya ikatan batin dengan kita, jika Ibu tenang maka anak juga kuat dan tegar.
2.  Ibu harus sering mendoakan anaknya seberapa banyak ia mengingatnya.
3.  Ibu harus mempersiapkan segala kebutuhan anak sebelum berangkat, termasuk Asip, Popok, Mpasi, dll.
4.  Berikan petunjuk kepada orang yang dititipkan bagaimana mereka harus menanganinya saat dia lapar atau haus, ngantuk atau ngompol, dll.
5.  Sebisa mungkin ketika di rumah, puasa Hape atau laptop, luangkan waktu pada anak.

Terimakasih.  Semoga bermanfaat.