Setiap lagu yang beredar di
masyarakat akan mempengaruhi setiap pendengar lagu untuk menyanyikan lagu
itu. Penggemarnya bukan hanya anak muda,
orangtua, remaja, dan bahkan anak kecil di bawah 5 tahun sekalipun.
Saat ini Indonesia miskin akan
lagu-lagu yang cocok untuk anak kecil. Audisi-audisi
yang dilaksanakan oleh televisi memperlihatkan bagaimana gambaran anak
Indonesia. Kebanyakan anak-anak yang
masih usia SD sudah menyanyikan lagu-lagu dewasa.
Sebenarnya, jika dibanding dengan
zaman dahulu ketika saya masih kecil, sangat jauh berbeda. Dahulu anak-anak masih suka menyanyikan lagu
anak-anak. Pada saat itu muncul
artis-artis cilik seperti Agnes Monica, Gita Gutawa, dll. Namun saat ini sangat jarang ditemukan lagu
khusus anak-anak. Memang ada, namun
harus diakui bahwa sudah tidak semenarik dahulu.
Demikian juga tontonan anak-anak
pada saat ini,tak lagi menggemari tontonan yang seyogianya bagi anak-anak
kecil. Saat ini bahkan anak lebih suka
menonton sinetron daripada film-film boneka.
Menurut saya, ini salah satu hal yang memicu terjadinya kenakalan
remaja. Karena konsumsi audio-visual
anak tersebut sangat mempengaruhi perkembangannya di masa yang akan datang.
Sebagai orangtua, seharusnya
sangat berhati-hati untuk memperhatikan hal ini. Lagu-lagu yang tidak mendidik dari
sinetron-sinetron pun bertebaran. Contohnya: Bapak mana dimana?, Munaroh bang
ocit datang, sakitnya tuh di sini, dll. Sebenarnya, secara logika lagu-lagu itu
tidak mendidik bagi anak-anak kita. Mari
kita lebih selektif untuk memilihkan tontonan dan musik yang didengarkan anak. Lagu-lagu di atas hanya menghibur orang-orang
yang mengerti artinya, namun tidak menghasilkan dampak positif bagi
anak-anak. Yang ada malah dampak
negatif.
Jika dilihat sekarang ini,
anak-anak usia SD-SMP justru banyak yang tidak hafal lagu kebangsaan dan
lagu-lagu wajib. Namun, lagu-lagu
pasaran sangat melekat di hati mereka.
Guru dan orangtua kiranya dapat
bekerjasama untuk mengarahkan anak-anak, generasi bangsa Indonesia kepada
hal-hal yang positif dan membangun.