Selasa, 22 Maret 2016

MENGAPA ANAK MENJADI NAKAL DAN JAHAT

Kejahatan adalah kenakalan yang bertumbuh menjadi lebih buruk dan beresiko merugikan orang lain maupun diri sendiri.

Pada dasarnya kejahatan tidak terbentuk dalam sehari melainkan telah terbentuk sejak lama dalam diri seseorang.  Ketika ada kesempatan untuk berbuat jahat maka seseorang akan melakukannya. Kesempatan itu bisa dipengaruhi oleh situasi yang membuatnya tidak nyaman, misalnya kekurangan, atau tertekan.

Mari kita melihat mengapa seseorang menjadi jahat?

Ketika anak masih kecil, ia sering melakukan kesalahan ringan.  Karena rasa kasihan, orangtua tidak memberi ganjaran melainkan membiarkannya.  Contohnya dengan mengambil barang yang bukan miliknya, memukul teman, menuduh temannya sebagai penyebab dia jatuh, dan sebagainya.
Orangtua terkadang menyepelekan hal ini sebagai hal yang wajar bagi anak-anak.  Namun, sebenarnya si anak belum tahu apakah yang dia lakukan itu benar atau tidak.  Justru itulah fungsi orangtua, memberitahu si anak bahwa memukul teman merupakan sikap yang tidak baik.  Akibatnya, teman yang dipukul akan kesakitan.  Mengambil barang milik orang lain merupakan hal yang dilarang, karena hal itu akan membuat orang lain merasa sedih dan kehilangan.


Dengan bahasa yang dimengerti anak, kita berusaha memberi dia pengertian.  Jika si anak terus mengulanginya, maka dia harus diberi ganjaran.  Ganjaran itu bisa berupa kata-kata maupun tindakan lain (misalnya, tidak boleh main, tidak boleh makan es krim, dan sebagainya).  Ganjaran ini intinya membuat anak menyadari bahwa ada konsekuens dari setiap pelanggaran.

Apabila hal-hal seperti itu terus dibiarkan, dilindungi atau dimanja.  Si Anak akan menganggap selalu nyaman meskipun melakukan kesalahan fatal.

Bapa/Ibu, ingatlah bahwa orangtua yang paling bertanggungjawab atas setiap perilaku anaknya.
Namun sekarang ini, terkadang orangtua justru marah dan gak terima saat orang lain memberitahu kesalahan anak.  Padahal kita memerlukan orang lain untuk memantau perilaku anak-anak kita.
Jika orangtua hanya senang pada pujian, maka hal ini menjerumuskan anak pada kesalahan yang lebih besar lagi.

Hendaknya orangtua menyadari hal ini, bahwa memanjakan anak tidak selalu dengan mendukungnya dalam segala hal.  Justru menariknya sesekali dari hal-hal yang tidak baik.
Jangan marah ketika guru memberi ganjaran pada anak Anda, kecuali jika hal itu membuat anak Anda cidera, terluka, atau melayang nyawanya.

Ada kalanya kita harus membiarkan anak kita tidak nyaman dalam beberapa saat, supaya dia menjadi jera dan menyadari kesalahannya.
Mirisnya jika orangtua justru melindungi anaknya dalam kesalahan.  Kesalahanyang lebih besarpun bisa terjadi.

Hendaknya ada kerjasama antara guru, orangtua, guru maupun lingkungan anak demi menjaga perilaku anak dari segala kemungkinan buruk.

Salam