Kamis, 22 Januari 2015

PENGASUHAN ANAKKU

Media sosial sebagai tempat curahan hatiku.
Saat tak ada yang mau mendengarkan keluh kesahku, aku datang pada Tuhan dan berdoa untuk membawa kepada-Nya segala beban di dalam hatiku.  Dan tak jarang pula aku curhat di media sosial meskipun itu kadang menuai hujatan.
Kali ini saya merasa sedih karena anakku, ya anakku.  Rasanya sedih  ketika anak saya sering menuai sikap akibat ketidaktulusan pengasuhnya.  Saya sering menemukan pengasuhnya menyuarakan rasa kesalnya pada anak saya yang tidak bisa diam.  Atau bahkan membiarkan anak saya sementara dia asyik telponan atau facebookan.  Atau mungkin kadang-kadang membiarkan anak saya dan dia tinggal tidur.
Bagaimana caranya untuk menghilangkan perasaan sedih ini? Saya sudah pernah memberikan masukan kepada suami, tapi suami saya berpikir positif saja.  Tapi saya tak mau anak saya kehilangan masa depannya karena kesalahan pengasuhan.
Dulu juga waktu kecil, anak saya sering dibiarkan dalam keadaan basah karena ngompol atau gumoh. Yang momong tinggal telpon.  Dan banyak hal lagi.  Sulit rasanya menahan sedih di hati ketika tidak ada yang bisa dipercaya.
Saya sendiri bekerja karena mereka, jika mereka tidak di sini saya berhenti bekerja juga bisa. Tapi, inilah sesuatu yang sangat serba salah, karena yang momong anak saya pun bukan siapa-siapa, bagian dari keluarga.
Serba salah, kalau saya tegas, saya tidak tega dengan perasaan suami.  Kalau tidak tegas, saya tidak tega dengan anak.