Media sosial sebagai tempat
curahan hatiku.
Saat tak ada yang mau mendengarkan
keluh kesahku, aku datang pada Tuhan dan berdoa untuk membawa kepada-Nya segala
beban di dalam hatiku. Dan tak jarang
pula aku curhat di media sosial meskipun itu kadang menuai hujatan.
Kali ini saya merasa sedih karena
anakku, ya anakku. Rasanya sedih ketika anak saya sering menuai sikap akibat
ketidaktulusan pengasuhnya. Saya sering
menemukan pengasuhnya menyuarakan rasa kesalnya pada anak saya yang tidak bisa
diam. Atau bahkan membiarkan anak saya
sementara dia asyik telponan atau facebookan.
Atau mungkin kadang-kadang membiarkan anak saya dan dia tinggal tidur.
Bagaimana caranya untuk
menghilangkan perasaan sedih ini? Saya sudah pernah memberikan masukan kepada
suami, tapi suami saya berpikir positif saja.
Tapi saya tak mau anak saya kehilangan masa depannya karena kesalahan
pengasuhan.
Dulu juga waktu kecil, anak saya
sering dibiarkan dalam keadaan basah karena ngompol atau gumoh. Yang momong
tinggal telpon. Dan banyak hal
lagi. Sulit rasanya menahan sedih di
hati ketika tidak ada yang bisa dipercaya.
Saya sendiri bekerja karena
mereka, jika mereka tidak di sini saya berhenti bekerja juga bisa. Tapi, inilah
sesuatu yang sangat serba salah, karena yang momong anak saya pun bukan
siapa-siapa, bagian dari keluarga.
Serba salah, kalau saya tegas,
saya tidak tega dengan perasaan suami. Kalau
tidak tegas, saya tidak tega dengan anak.