Hari itu saya
sangat lelah. 2 hari berturut-turut saya
kuliah. Dan pada hari ini saya sampai
rumah pada pukul 18.00 WIB. Saya sangat
capek, rasanya tulang-tulang saya remuk.
Namun saya masih semangat pergi ke supermarket bersama suami untuk
belanja keperluan si kecil. Pulang dari
situ saya mandi dan bersiap-siap ke dokter untuk imunisasi anak. Suami saya masih sibuk pegang tab-nya.
Ternyata gak jadi
imunisasi karena vaksin pvc-nya habis, ditunda sampai besok lagi. Kami langsung pulang ke rumah. Si kecil minta digendong, akhirnya saya
gendong tapi gak sampai tidur. Setelah si
kecil tidur saya masih membantu adek ipar mengerjakan PR. Cari di internet, ajari dia menulis, dan
sebagainya.
Saya sudah sempat
menolak ketika disuruh mengajari dia karena saya sangat capek. Tapi dua kali suamiku bilang, tolong
kerjakan, saya tidak tahu cara mengerjakan ini.
Akhirnya saya bantu. Di sela-sela
itu anak saya nangis, saya gendong dulu.
Karena sudah kebiasaan kalau mau tidur dia minta disusui. Setelah itu ayahnya langsung gendongin dia. Sudah jam 10.30 masih juga belum selesai PR
tadi.
Akhirnya saya
istrahat setelah selesai, tapi saya masih ngopeni si kecil dulu. Jam 3.30 pagi si kecil sudah bangun, saya
harus berjaga-jaga untuk dia. Saya heran,
suamiku belakangan ini kalau tidak dimintai tolong untuk megangin anak, dia gak
mau. Padahal saya sudah ngantuk banget.
Menjelang jam 5
saya minta suami yang nemenin anak, karena saya sudah sangat ngantuk. Setelah itu, suami saya bangunkan saya. Saya agak jengkel. Saya masih sangat ngantuk dan lelah. Spontan saya bicara: biarkan saya istrahat
dulu, lanjutkan tidur. Nanti sore garap
PR adkmu lagi. Dia langsung menunjukkan
ekspresi marah kepada saya. Sampai kulihat
di fb dia curhat, katanya: ternyata hanya topeng semua, fuck for this morning.
Membaca itu saya
agak sakit hati. Siapa sebenarnya yang
memakai topeng. Selama ini saya ngurusin
adeknya dengan baik. Bukankah keputusan
untuk adeknya ikut kami itu adalah keputusannya dia sendiri dulu tanpa konfirmasi
kepada saya terlebih dahulu. Lalu kenapa
saya yang jadi repot sekarang? Saya sangat
keberatan dalam hati. Tuhan tahu bahwa saya bukan tidak tulus melakukan semua
ini. Namun, saya juga manusia yang punya
batas kekuatan. Saya sudah capek kerja
dan lanjut kuliah sampai malam, saya memikirkan tugas-tugas kuliah, ngurus anak
kalau malam, pagi hari nyuci, dsbg. Saya
lelah. Saya sebenarnya ingin supaya dia
mengerti keadaan saya, bukan cepat menghakimi seperti itu.
Lalu apa yang salah
dengan kata: adekmu? Ya, benar kan itu adekmu.
Meskipun demikian, sehari-hari saya memperlakukan mereka dgn baik. Bahkan kamu sendiri lebih kasar kepada
mereka. Namun, kenapa masih ada kata “topeng”.
Saya sudah minta
maaf, tapi yang ada justru kamu mengata-ngatai saya yang tidak-tidak. Ya sudah.
Ini sudah ke ranah irasional. Saya
hanya berdoa semoga Tuhan menyadarkan kamu.
Aku tetap
mengasihimu.