Jumat, 10 Juli 2015

MANFAAT PELUKAN SANG AYAH BAGI BAYI

MANFAAT PELUKAN SANG AYAH BAGI BAYI

Seorang ayah harus tahu hal ini, bahwa ada keajaiban di balik pelukan sang Ayah.
Ini bukan mitos.
Jika ini bermanfaat, share kepada suami, istri, saudara, atau mereka yang pelu mengetahui.


Pada umumnya, seorang ayah jarang meluangkan waktu untuk mengurus anak.
Tapi ternyata, pelukan seorang ayah sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang otak anak.
sebagaimana dilansir oleh sayangi.com, Pelukan tak hanya sebagai ungkapan cinta yang sesungguhnya, ternyata kasih sayang orangtua kepada anaknya juga memiliki segudang manfaat dan keajaiban yang luar biasa bagi tumbuh kembang sang anak. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan sentuhan fisik yang bisa meraba aspek emosional manusia, dan bentuk sentuhan itu adalah pelukan. Bahasa cinta yang paling kuat ini bahkan lebih efektif dibanding kata-kata atau pujian.

Jika dunia selalu mengagungkan pelukan dan cinta seorang ibu, bukan berarti pelukan dan cinta seorang ayah tak memiliki manfaat. Bahkan pelukan ayah diketahui berperan penting bagi karakter dan psikologis anak-anaknya.

Melly Puspita Sari, psikolog sekaligus pengarang buku "The Miracle of Hug" mengatakan bahwa pelukan seorang Ayah dapat menjadi media untuk mentransfer kemandirian dan keberanian ke anak  berinteraksi dengan figur otoritas di luar rumah. Anak yang sering mendapat pelukan ayah cenderung menjadi anak mandiri, tidak penakut, dan lebih kuat dalam berinteraksi dalam kehidupan sosialnya.

"Saat Ayah memeluk, sesungguhnya ia sedang mentransfer kemampuan dan kemandirian pada diri anak. Selain itu aspek yang sifatnya berani berinteraksi dengan figur otoritas yang dimiliki ayah," kata Psikolog Melly Puspita Sari Psi dalam talkshow Berbagi Pelukan.

Tak heran jika banyak anak perempuan yang dekat dengan Ayahnya akan tumbuh sebagai pribadi yang tangguh. Tentu tak heran pula jika banyak para gadis kemudian berusaha mencari dan menikahi laki-laki pujaannya kelak yang memiliki sifat dan sikap seperti ayah yang dikaguminya.

Sedangkan pelukan dari ibu akan mentransfer sifar penuh kasih atau empati pada anak. "Ibu itu figur afeksi, yang ketika anak sakit, ia akan memeluk anak maupun mengambilkan obat untuk anak. Anak yang sering mendapat pelukan ibu akan menjadi pribadi yang mudah memberikan kasih sayang atau rasa simpati kepada orang lain," lanjutnya.
Ditilik dalam kehidupan nyata, Ayah memang tak selalu intens dalam memberikan pelukan kepada anak. Menurut Melly, bisa jadi, ayah yang sulit memeluk dulunya juga mungkin jarang dipeluk.
"Karena si ayah tumbuh dan berkembang jarang dipeluk, ia akan melakukan hal yang sama kepada anaknya. Tetapi kalau ia biasa dipeluk, ia akan memeluk anaknya," ujar psikolog lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Dalam penelitian yang dirilis dalam buku The Miracle of Hug-nya tersebut, Melly juga mengungkap bahwa pelukan orangtua kepada anaknya dapat membangun konsep diri yang positif, mengurangi emosi negatif seperti kesepian, cemas atau frustasi, serta meningkatkan kecerdasan otak, merangsang keluarnya hormon oksitosin yang memberikan perasaan tenang pada anak. Dengan pelukan pula, anak akan merasa dicintai dan dihargai.

Hasil penelitian di University of Italy menunjukkan data, bahwa anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih efektif sembuh dari depresi, dan akan timbul rasa percaya dirinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Bahkan, pelukan saat inisiasi dini, sesaat setelah bayi terlahir ke dunia, akan mentransfer sejenis mikroorganisme yang membuat daya tahan tubuh bayi semakin kuat.
Dan ketika pelukan dengan rasa sayang ini di teruskan hingga masa kanak-kanak dapat menjadikan pribadi anak yang tidak gampang stress. Tak hanya itu, pelukan yang tulus juga dapat menjadi media ampuh untuk meredakan konflik. Pelukan yang tulus juga dapat meluluhkan hati yang keras. Demikian menurut Penelitian Journal of Epidemiology and Community Health.
"Karenanya seorang istri harus memberi pengertian pada suami bahwa ia pun juga harus memiliki kebiasan memeluk anak. Misalnya dengan mengatakan, 'mau tidak setelah besar nanti anak-anak kita tidak melupakan kita tetap sayang dan menganggap ayah adalah sosok hero untuk dirinya sepanjang hidupnya," saran Melly.
Jadi tak perlu khawatir dengan mitos yang mengatakan bahwa anak yang sering mendapat pelukan akan menjadi cengeng. Karena pelukan orangtua kepada anaknya sungguh memiliki kehebatan luar biasa yang tidak dimiliki obat-obat ciptaan dokter di dunia.
Lalu bagaimana dengan seorang ayah yang betul-betul jarang di rumah karena faktor pekerjaan? Contohnya Pelaut?
Tak ada solusi selain si ayah memberi perhatian kepada anak saat ayah berada di rumah.  Luangkan waktu sebanyak mungkin untuk mengajak anak bermain dan sekedar jalan-jalan sorea bersama keluarga. Habiskan waktumu di rumah untuk dia, seolah-olah ia lebih penting dari segalanya.  Utamakan anak daripada gadget atau game favorit. Puasa online saat sedang bermain dengan anak.

PENGALAMAN MANIS JADI ISTRI PELAUT

PENGALAMAN PILU JADI ISTRI PELAUT

PENGALAMAN TELAH BERBUAH MANIS

Kesabaran seperti Pohon yang berakar pahit tapi berbuah dengan manis.
Artinya, ketika seseorang bersabar menunggu jawaban Tuhan itu pasti terasa pahit.  Tapi setelah semuanya tuntas, buahnya manis.

Hay,, ketemu lagi dengan saya Eri. 
Kembali berkenalan ya, saya adalah istri seorang Pelaut, Ibu seorang putra, dan mahasiswi Strata-2 jurusan Magister Theologia di STBI Semarang.


Kali ini saya bongkar-bongkar mengenai rahasia keluarga pelaut yang disembunyikan banyak orang.


Pertama, Pelaut sudah pasti jarang di rumah.


Kalau suamiku berlayar biasanya 3 bulan di darat 8-10 bulan di laut.  
Oleh karena itu, jangan berharap dia akan jadi security yang 24 jam berada di sisimu. 
Jika engkau wanita baik-baik, sebaiknya pikir-pikir dulu jika ingin jadi istri pelaut (maksud saya, jangan lihat uangnya doang, tapi pikir resikonya).

Selama ditinggal berlayar ada banyak kerinduan dan kesepian yang rata-rata dirasakan oleh semua orang ketika berjauhan dengan pasangannya.

Ingat bahwa, perempuan yang ingin jadi istri pelaut haruslah seorang perempuan yang bermental baja.  Kenapa? Karena jika istri pelaut cengeng, akan sulit untuk menjalani hidupnya nanti. 
Hamil gak ditungguin suami (bikinnya sama2, eh pas udah jadi ditinggal sendiri karena berlayar). 

Kedua, Istri pelaut seringkali dicemooh orang.

Ketika kami baru menikah selama 3 bulan, waktu itu suamiku terpaksa pergi berlayar ikut kapal asing (perusahaan Korea).  Saya ditinggalkan sendirian di kos-kosan (maklum belum punya rumah).  Kami memulai hidup kami yang sebenarnya, yaitu hidup seperti keluarga dan pasangan pelaut biasanya. Berpisah jauh-jauh.
Saya kerap kali dapat cemoohan dari para teman-teman saya, tetangga, apalagi mantan (hihihi).  Kata-kata yang tidak saya lupakan adalah perkataan seorang teman saya: Wah kasihan juga kamu ini, harusnya kalian masih pengantin baru, eh malah ditinggal.  Kamu bodoh menikah dengan pelaut. Sekarang terbukti kan, ditinggal begini.  Orang bingung dengan statusmu, gadis bukan, janda juga bukan.
Oh ya ampun, sedih banget dengar kata-kata itu. Lebih lagi kala mereka tahu saya sudah mengandung.  Ada banyak kata-kata yang tidak membangun saya.
Tapi semuanya itu hanyalah konsekuen dari apa yang telah kupilih dan kutetapkan hati.  Toh kalau dipikir-pikir, hidup saya lebih baik dari orang yang mengatakan itu, karena sampai sekarang dia sudah umur 40tahun (lebih), tapi belum menikah juga. Hehehe (perawan tua nih ceritanya).

Ketiga, Istri yang mandiri.

Saya seringkali lewat di depan rumah orang yang jalannya itu kebetulan licin. Tiap berangkat kerja saya naik motor. Mereka sangat takut, manakala saya akan jatuh tergelincir. Tapi syukur pada Tuhan (alhamdullillah ya), saya tak pernah jatuh selama hamil.  Saya masih mengendarai motor sampai usia kandungan 8 bulan 2 minggu (terpaksa berhenti karena anak saya lahir pada umur 2 minggu kurang 9 bulan).
Banyak sih yang bilang bahwa saya termasuk mandiri. Tapi mereka gak tahu hati saya yang sering menanggung kesedihan sendiri di kamar, menangis sambil menahan suara tangis supaya tidak ketahuan orang lain.

Keempat, BADAI PASTI BERLALU.

Ternyata semua itu hanya berlalu selama 3-6 bulan pertama pernikahan.  Setelah itu saya lebih enjoy.  Saya kuliah, ke salon, melakukan kegiatan positif, bekerja, atau sekedar jalan-jalan bersama adek-adek dan anak saya.  
Omongan orang yang negatif itu sudah berlalu.

Kita hidup tidak ditentukan oleh perkataan orang lain.  

Keluarga kita tidak ditentukan oleh perkataan rendah dari mulut-mulut yang tidak berperasaan.  Katakan pada diri Anda sekarang: Anak ini ya anak kami, suami itu ya suami saya (pastikan juga bukan suami orang lho ya!).  Keluarga ini ya keluarga saya.  Apakah hubungannya dengan perkataan orang itu?

Ingat friends, hidup kita hanya ditentukan oleh sabda Allah. Semangat.
Salam keluarga pelaut.
Jalesveva Jayamahe