Selasa, 04 November 2014

PENGERTIAN FILSAFAT

pengertian filsafat

Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Secara etimologi filsafat berasal dari “bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philos artinya suka, cinta, atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan sophia berarti cinta dan kecenderungan pada kebijaksanaan.”[1] Menurut dani Vardiansyah, istilah ini berawal pada pandangan bahwa “pengetahuan manusia yang sensual melalui indra bukan pengetahuan yang sebenarnya; pengetahuan itu relatif umum serta mencakup dasarnya, meliputi keseluruhan objek sampai ke akar. Para pemikir Yunani ingin tahu akan sebab yang sedalam-dalamnya, mereka juga tahu, pengetahuan seperti itu hanya dimiliki oleh dewa. Manusia hanya punya keinginan, cita-cita semata. Manusia yang cinta akan pengetahuan disebut cinta kebijaksanaan, filosofia.[2] Maka secara sederhana filsafat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.[3]

Pengertian Filsafat Berdasarkan Watak Dan Fungsinya
Pendapat yang lain memberikan difinisi filsafat dengan mengklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsi filsafat. Menurut pendapat ini filsafat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1.    Secara informal, filsafat diartikan sebagai sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan  dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
2.    Secara formal, filsafat berarti sebuah proses kritik dan pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.[4]
Filsafat dalam arti spekulatif merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Filsafat berdasarkan logosentris diartikan sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Filsafat juga merupakan sekumpulan problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh para ahli filsafat.[5]

Pengertian Filsafat Menurut Para Filsuf
Berikut ini adalah definisi filsafat dalam pandangan para filsuf yang dicatat oleh Gerard Beekman[6]:
Bertrand Russell: “filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk...menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari dan bahkan ilmu pengetahuan, akan tetapi secara kritis, dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problema-problema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan  kebingungan,  yang menjadi dasar bagi pengertian-pengertian kita sehari-hari...”
R. Beerling: Filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman.
Alfred Ayer: Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah sejak zaman Yunani dalam hal-hal pokok tetap sama saja. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya; hal-hal apa yang ada dan bagaimana hubungannya satu sama lain. Selanjutnya mempermasalahkan pendapat-pendapat  yang telah diterima, mencari  ukuran-ukuran dan menguji nilainya; apakah asumsi-asumsi dari pemikiran itu dan selanjtnya menerima apakah hal-hal itu berlaku.
Corn Verhoeven: “filsafat adalah meradikalkan keheranan ke segala jurusan.”
Arne Naess: “bagi saya filsafat terdiri dari pandangan-pandangan yang menyeluruh, yang diungkapkan  dalam pengertian-pengertian”
J. Hollah: dalam filsafat pada akhirnya soalnya adalah mengenai pengertian pribadi dari seseorang.”
Karl Popper: “Saya rasa, kita semua mempunyai filsafat dan bahwa kebanyakan dari filsafat kita itu tidak bernilai banyak. Dan saya kira bahwa tugas utama filsafat adalah untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana  dianut oleh berbagai orang secara tidak kritis.”
R. Kwant: berfilsafat yang sebenarnya adalah menguji secara kritis akan kemestian sesuatu yang dianggap sudah semestinya.
Walter Kaufmann: filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi-argumentasi, tanpa memerlukan kekuasaan  dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu.
J. Staal: filsafat itu adalah suatu ilmu yang sedikit-banyaknya dapat dijelaskan  atas dasar sejarah. Ada sejumlah problema yang telah menjadi masalah-masalah filsafat secara turun-temurun oleh karenanya orang-orang yang dinamakan filsuf telah menggelutinya.
Ludwig Wittgenstein: Fisafat adalah suatu perang salip terhadap persona dengan apa bahasa mengikat pikiran kita.
Plato mendifinisikan filsafat sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, yang berisi penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.[7]
Aristoteles menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip,  penyebab-penyebabdari realitas yang ada.[8]
Descrates terkenal dengan kalimatnya “cogito ergo sum”, “je pense je suis”: “aku berpikir maka aku ada”. Menurutnya filsafat  adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah tentang Tuhan, alam dan manusia.[9]
William James, filsuf Amerika yang pragmatis dan pluralis berpendapat bahwa filsafat merupakan suatu upaya yang luar biasa untuk berpikir dengan terang dan jelas.
RF. Beerling mengatakan bahwa filsafat merupakan suatu usaha untuk mencapai radix/akar kenyataan dunia yang mewujud, dan juga pengetahuan tentang diri sendiri.[10]

Pandangan Lain Tentang Pengertian Filsafat
Pada dasarnya filsafat merupakan perenungan mendalam mengenai sesuatu yang dianggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan kebijaksanaan.[11] Pendapat Nina Syem difinisi filsafat sebagai perenungan juga didukung oleh Louis O. Kattsoff dalam bukunya “Pengantar Filsafat”.  Dalam bukunya tersebut Kattsoff mengatakan bahwa “filsafat merupakan suatu analisa secara berhati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masah dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.”[12]
 Dalam pemahaman ini maka kegiatan filsafat adalah “perenungan atau pemikiran”. Pemikiran jenis ini berupa meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan “mengapa”, mencari jawaban yang lebih baik dibandingkan dengan jawaban yang tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadainya pengetahuan, agar kita  dapat memperoleh pemahaman.[13]
Pendapat lain menyatakan bahwa “filsafat adalah pengetahuan yang metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan  (menyeluruh dan universal), dan kemudian (dalam arti pandangan hidup) adalah petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupannya.[14]



daftar kepustakaan

Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: Indeks, 2008.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Gerard Beekman, Filsafat para Filsuf Berfilsafat. Jakarta: Airlangga, 1984.
Hery Susanto, Pengantar Filsafar . Salatiga: Tisara, 2012.
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogja, 1992.
Nina W. Syam, Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Nina W. Syam, Model-model Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013.



[1] Nina W. Syam, Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010),80.
[2] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi (Jakarta: Indeks, 2008), 17.
[3] Nina W. Syam, Model-model Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013), 25.
[4] Syam, Filsafat Ilmu Komunikasi, 80.
[5] Ibid..
[6] Gerard Beekman, Filsafat para Filsuf Berfilsafat (Jakarta: Airlangga, 1984), 14-5.
[7] Hery Susanto, Pengantar Filsafar (Salatiga: Tisara, 2012), 2
[8] Ibid..
[9] Ibid..
[10] Ibib..
[11] Syem, Model-model Komunikasi, 25
[12] Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogja, 1992), 4.
[13] Kattsoff, 4
[14] Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar